Mengingatkan saya sewaktu pertama kali mendapat tugas untuk
mengerjakan proposal pada mata kuliah Metodologi Penelitian. Karena banyak
hal (misal bolos kuliah), akhirnya sewaktu bertemu bagian metodologi, saya hanya
bisa bingung, “Apa yang harus saya isi pada bagian ini? Apa bisa ‘mengarang
indah’?”
Akhirnya saya
sedikit mengerti tentang metodologi: (mudahnya kurang lebih begini)
Jika seorang
berbicara tentang cara seorang peneliti melakukan percobaan lapangan,
dimana dalam menentukan plot di lapangan, ia pertama-tama
membagi daerah dalam 4 (empat) buah blok. Kemudian blok-blok tersebut
dibagi 4 (empat). Diteruskan dengan memberikan perlakuan pada
masing-masing blok tersebut, dan seterusnya. Maka yang dibicarakan di sini
adalah Prosedur Penelitian. Jika kita membicarakan bagaimana secara
berurut suatu penelitian dilakukan yaitu dengan alat apa dan prosedur
bagaimana suatu penelitian dilakukan, maka yang dibicarakan adalah Metode
Penelitian.
Berikut ini saya
kutipkan beberapa prinsip metodologi dari Titin Supenti dalam Sukses Membuat
Proposal .
(http://supermahasiswa.multiply.com/journal/item/5/Sukses_Membuat_Proposal_Penelitian).
Prinsip
Metodologi
Metodologi merupakan bagian epistemologi yang mengkaji
perihal urutan langkah-langkah yang ditempuh supaya pengetahuan yang
diperoleh memenuhi ciri-ciri Ilmiah. Metodologi juga dapat dipandang sebagai
bagian dari logika yang mengkaji kaidah penalaran yang tepat. Jika kita
membicarakan metodologi maka hal yang tak kalah pentingnya adalah
asumsi-asumsi yang melatarbelakangi berbagai metode yang dipergunakan dalam
aktivitas ilmiah. Asumsi-asumsi yang dimaksud adalah pendirian atau sikap
yang akan dikembangkan para ilmuwan maupun peneliti di dalam kegiatan ilmiah
mereka.
Beberapa prinsip
metodologi oleh beberapa ahli, diantaranya:
A.
Rene Descartes
Dalam karyanya Discourse On Methoda, dikemukakan 6 (enam )
prinsip metodologi yaitu:
- Membicarakan masalah ilmu pengetahuan diawali dengan
menyebutkan akal sehat (common sense) yang pada umumnya dimiliki
oleh semua orang. Akal sehat menurut Descartes ada yang kurang, adapula
yang lebih banyak memilikinya, namun yang terpenting adalah penerapannya
dalam aktivitas ilmiah.
- Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang
akan dipergunakan dalam aktivitas ilmiah maupun penelitian. Descartes
mengajukan 4 (empat) langkah atau aturan yang dapat mendukung metode
yang dimaksud yaitu: (1) Jangan pernah menerima baik apa saja sebagai
yang benar, jika anda tidak mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai
kebenarannya. Artinya, dengan cermat hindari kesimpulan-kesimpulan dan
pra konsepsi yang terburu-buru dan jangan memasukkan apapun ke dalam
pertimbangan anda lebih dari pada yang terpapar dengan begitu jelas
sehingga tidak perlu diragukan lagi, (2) Pecahkanlah setiap kesulitan
anda menjadi sebanyak mungkin bagian dan sebanyak yang dapat dilakukan
untuk mempermudah penyelesaiannya secara lebih baik.(3) Arahkan
pemikiran anda secara jernih dan tertib, mulai dari objek yang paling
sederhana dan paling mudah diketahui, lalu meningkat sedikit demi
sedikit, setahap demi setahap ke pengetahuan yang paling kompleks, dan
dengan mengandaikan sesuatu urutan bahkan diantara objek yang sebelum
itu tidak mempunyai ketertiban baru. (4) Buatlah penomoran untuk seluruh
permasalahan selengkap mungkin, dan adakan tinjauan ulang secara
menyeluruh sehingga anda dapat merasa pasti tidak suatu pun yang
ketinggalan. (5)Langkah yang digambarkan Descartes ini menggambarkan
suatu sikap skeptis metodis dalam memperoleh kebenaran yang pasti.
- Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi
landasan bagi penerapan metode sebagai berikut: (1) Mematuhi
undang-undang dan adat istiadat negeri, sambil berpegang pada agama yang
diajarkan sejak masa kanak-kanak. (2) Bertindak tegas dan mantap, baik
pada pendapat yang paling meyakinkan maupun yang paling meragukan. (3)
Berusaha lebih mengubah diri sendiri dari pada merombak tatanan dunia.
- Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acap kali
terkecoh oleh indera. Kita memang dapat membayangkan diri kita tidak
berubah namun kita tidak dapat membayangkan diri kita tidak
bereksistensi, karena terbukti kita dapat menyangsikan kebenaran
pendapat lain. Oleh karena itu, kita dapat saja meragukan segala
sesuatu, namun kita tidak mungkin meragukan kita sendiri yang sedang
dalam keadaan ragu-ragu.
- Menegaskan perihal dualisme dalam diri manusia yang
terdiri atas dua substansi yaitu RESCOGITANS (jiwa bernalar) dan
RES-EXTENSA (jasmani yang meluas). Tubuh (Res-Extensa) diibaratkan
dengan mesin yang tentunya karena ciptaan Tuhan, maka tertata lebih
baik. Atas ketergantungan antara dua kodrat ialah jiwa bernalar dan
kodrat jasmani. Jiwa secara kodrat tidak mungkin mati bersama dengan
tubuh. Jiwa manusia itu abadi.
B. Alfred Julesayer
Dalam karyanya yang berjudul Language, Truth and Logic yang
terkait dengan prinsip metodologi adalah prinsip verifikasi. Terdapat dua
jenis verifikasi yaitu:
- Verifikasi dalam arti yang ketat (strong verifiable)
yaitu sejauh mana kebenaran suatu proposisi (duga-dugaan) itu mendukung
pengalaman secara meyakinkan.
- Verifikasi dalam arti yang lunak, yaitu jika telah
membuka kemungkinan untuk menerima pernyataan dalam bidang sejarah (masa
lampau) dan ramalan masa depan sebagai pernyataan yang mengandung makna.
- Ayer menampik kekuatiran metafisika dalam dunia
ilmiah, karena pernyataan-pernyataan metafisika (termasuk etika
theologi) merupakan pernyataan yang MEANING LESS (tidak bermakna)
lantaran tidak dapat dilakukan verifikasi apapun
C.
Karl Raimund Popper
K.R. Popper seorang filsuf kontemporer yang melihat
kelemahan dalam prinsip verifikasi berupa sifat pembenaran (justification)
terhadap teori yang telah ada. K.R. Popper mengajukan prinsip verifikasi
sebagai berikut:
- Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori
dirumuskan dan dapat dibuktikan kebenarannya melalui prinsip verifikasi.
Teori-teori ilmiah selalu bersifat hipotetis (dugaan sementara), tak ada
kebenaran terakhir.
Setiap teori selalu terbuka untuk digantikan oleh teori lain yang lebih
tepat.
- Cara kerja metode induksi yang secara sistematis
dimulai dari pengamatan (observasi) secara teliti gejala (simpton)
yang sedang diselidiki. Pengamatan yang berulang -ulang itu akan
memperlihatkan adanya ciri-ciri umum yang dirumuskan menjadi hipotesa.
Selanjutnya hipotesa itu dikukuhkan dengan cara menemukan bukti-bukti
empiris yang dapat mendukungnya. Hipotesa yang berhasil dibenarkan
(justifikasi) akan berubah menjadi hukum.
K.R. Popper menolak cara kerja di atas, terutama pada asas
verifiabilitas, bahwa sebuah pernyataan itu dapat dibenarkan berdasarkan
bukti-bukti verifikasi pengamatan empiris.
- K.R Popper menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan
prinsip FALSIFA BILITAS, yaitu bahwa sebuah pernyataan dapat dibuktikan
kesalahannya. Maksudnya sebuah hipotesa, hukum, ataukah teori
kebenarannya bersifat sementara, sejauh belum ada ditemukan
kesalahan-kesalahan yang ada di dalamnya. Misalnya, jika ada pernyataan
bahwa semua angsa berbulu putih melalui prinsip falsifiabilitas itu
cukup ditemukan seekor angsa yang bukan berbulu putih (entah hitam,
kuning, hijau, dan lain-lain), maka runtuhlah pernyataan tersebut. Namun
apabila suatu hipotesa dapat bertahan melawan segala usaha penyangkalan,
maka hipotesa tersebut semakin diperkokoh (CORROBORATION).
Akhirnya, semoga peristiwa mengarang indah seperti yang
saya lamunkan dapat dihindari dan sekelumit eceran informasi ini bisa mengisi
penelitian yang benar indah.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar